Tahun Terberat untuk Programmer di China; PHK Besar-Besaran di Industri Teknologi Memukul 700.000 Orang, Terpaksa Beralih ke Pekerjaan Pengiriman Barang
Seorang mantan programmer top yang sebelumnya bekerja di perusahaan teknologi besar dengan gaji tahunan mencapai 800.000 Yuan (sekitar USD 110.000 atau IDR 1,84 miliar, dengan kurs 1 Yuan = IDR 2.300), kini di usia 30-an harus bekerja sebagai pengemudi ojek online. Transisi karier ini menunjukkan dampak besar dari penurunan industri teknologi. Dari seorang “programmer tingkat berlian,” ia kini hanya mampu menghasilkan pendapatan bulanan 10.000 Yuan (sekitar USD 1.370 atau IDR 23 juta), sebuah perubahan drastis yang menggambarkan ketidakpastian nasib akibat gelombang PHK besar-besaran. Pada tahun 2017–2018, industri teknologi berada di puncak kejayaan. Banyak lulusan universitas kecil dengan pelatihan singkat dapat masuk ke dunia teknologi dengan mudah, mendapatkan gaji awal bulanan sebesar 10.000 Yuan, dan melihat coding sebagai jalan pintas menuju kesuksesan. Namun, sejak 2022, keadaan berubah drastis dengan sekitar 700.000 pekerja teknologi kehilangan pekerjaan dalam setahun, terutama programmer muda berusia 20-an yang menjadi tulang punggung industri.
Gelombang PHK ini disebabkan oleh berbagai faktor. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat pandemi COVID-19 membuat banyak perusahaan teknologi mengurangi operasional mereka. Regulasi pemerintah yang semakin ketat terhadap perusahaan teknologi di China, terutama terkait data dan privasi, juga membatasi ruang inovasi mereka. Persaingan internal yang sengit di antara perusahaan teknologi lokal memperburuk situasi, sementara kemajuan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) menggantikan banyak peran manusia, termasuk dalam pengembangan perangkat lunak. Teknologi seperti low-code dan no-code platforms telah mengurangi kebutuhan akan tenaga programmer tradisional, sehingga membuat pasar kerja semakin kompetitif.
Untuk tetap relevan dan dibutuhkan, software engineer perlu mengadopsi strategi baru. Mereka harus mengembangkan keahlian interdisipliner, seperti pemahaman bisnis, analitik, atau desain produk, agar dapat memberikan solusi strategis yang lebih luas. Mendalami teknologi baru seperti AI, pembelajaran mesin, dan otomatisasi adalah langkah penting untuk tetap kompetitif. Selain itu, meningkatkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan kepemimpinan dapat menjadikan mereka lebih bernilai di mata perusahaan. Software engineer juga dapat mencari peluang di industri lain, seperti kesehatan, pendidikan, atau keuangan, yang kini semakin mengadopsi teknologi digital. Fokus pada pemecahan masalah nyata dan membangun jaringan profesional yang kuat juga menjadi kunci untuk membuka peluang baru. Dengan menggabungkan keahlian teknis dan soft skills, software engineer dapat tetap relevan dan siap menghadapi tantangan industri teknologi yang terus berubah.
Perubahan ini menjadi pengingat bahwa bertahan di dunia teknologi bukan hanya soal menguasai coding, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi, belajar hal baru, dan terus berinovasi. Gelombang PHK yang melanda sektor teknologi di China adalah pelajaran berharga bahwa fleksibilitas dan pengembangan diri adalah kunci untuk tetap bertahan di tengah perubahan pasar kerja yang dinamis.